Berkembangya Politik Dinasti di Indonesia
Oleh Ragil Yuli Atmoko*
1006672863
* Mahasiswa Program S1 Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Kelas MPKT A
Abstract: Indonesia is a country based on democracy and kinship. Politics in Indonesia use its democratic system. However, in reality, the number of political dynasty that emerged in Indonesia. This paper aims to put forward the development of dynastic politics by using methods of literature study. Thus conclude that the political dynasty caused by various factors that led to the development of political dynasties and governments have to address these issues before more and grow exponentially.
Keywords: Democracy, ethics, manners, morals, political dynasty, state.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem politik yang demokrasi. Kehidupan politik di Indonesia mengalami berbagai permasalahan dari tahun ke tahun. Permasalahan yang kini banyak terjadi di Indonesia adalah adanya politik dinasti. Politik dinasti semakin berkembang di Indonesia karena berbagai faktor yang menyebabkan politik dinasti di Indonesia semakin tumbuh pesat. Tulisan ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya politik dinasti di Indonesia.
Politik dinasti merupakan proses mengarahkan pembagian atau regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan tertentu untuk bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan disuatu negara atau masyarakat. Terlihat jelas bahwa politik dinasti mengutamakan keturunan atau hubungan persaudaraan untuk mempertahan kekuasaan yang telah didapatkan. Persoalan dinasti politik lebih berkaitan dengan bagaimana mereka politik dapat mengelola aset nama besar yang melekat di belakang nama mereka. “Gejala politik dinasti terlihat dari bermunculannya calon kepala daerah (cakada) dari kalangan keluarga pejabat yang sedang berkuasa di beberapa pilkada” (Yuda, 2010).
Pemilihan cakada ataupun pemilihan yang lainnya sangat rentan terhadap politik dinasti. Saat kepala daerah petahana (incumbent) tidak bisa lagi ”masuk arena” karena sudah dua periode menjabat, maka para istri, anak atau adik yang naik pentas. Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Bupati Irianto MS Syaifuddin memberikan restu kepada istrinya, Anna Sophana, Daniel Mutaqien, untuk mencalonkan diri bersama. Di Cilegon Banten Walikota petahana Tubagus Aat Syafaat mencalonkan anaknya Tubagus Ariyadi (Hidayati, 2010).
Faktor yang menyebabkan berkembangya politik dinasti di Indonesia adalah tidak digunakannya atau tidak diterapkannya akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Para elit politik lupa akan penerapan akhlak dan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: menghargai kehidupan. “Sebagian dari langkah yang sangat baik dalam menghargai kehidupan dapat diwujudkan dengan mensyukuri karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada kita” (Mubarak, 2010). Akhlak dan budi pekerti para elit politik sekarang ini dapat dikatakan sedang melemah. Para elit politik lupa akan bersyukur terhadap anugerah yang diberi oleh Tuhan.
Penerapan akhlak dan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari yang lain adalah membangun citra diri. Citra diri penting untuk mengembangkan kualitas pribadi serta memberikan citra yang baik pada seseorang. “Citra diri ditegakkan dan ditentukan oleh kualitas pribadinya, sikapnya, kepribadiannya” (Mubarak, 2010). Tindakan para elit politik yang menghalalkan praktik politik dinasti justru hanya memperburuk citra pada masyarakat sendiri. “Citra yang buruk akan dipandang oleh masyarakat dengan sebelah mata, sehingga usahanya tidak akan meraih kesuksesan” (Mubarak, 2010).
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultur. Banyak perbedaan-perbedaan pandangan yang ada di Indonesia. Adanya politik dinasti di Indonesia dapat memperkecil multikulturisme di Indonesia. Kehidupan politik seharusnya dimiliki oleh sebagian banyak masyarakat dan merupakan sebuah hak dan kewajiban. Akan tetapi, dengan adanya politik dinasti yang berkembang di Indonesia, politik yang ada di Indonesia dikuasai oleh sebagian kelompok. Seperti pada contoh, para walikota yang mencalonkan istrinya ataupun anaknya supaya kekuasaan walikota tetap berada pada keluarga. Walikota dengan mudahnya mencalonkan anggota keluarganya untuk menggantikan kedudukan walikota karena dengan adanya sistem otonomi daerah. “Kewenangan otonomi daerah, daerah memiliki kekuasaan untuk mengatur bidang pemerintahan sendiri” (Soemiarno, 2010).
Faktor budaya juga mempengaruhi berkembangnya politik dinasti di Indonesia. Indonesia yang pada zaman dahulu terdiri atas kerajaan-kerajaan, dimana setelah raja wafat dan kemudian kedudukan raja digantikan oleh keturunannya. Hal ini mungkin menjadi warisan yang masih membudaya. Seorang walikota yang telah habis masa jabatannya kemudian mencalonkan anggota keluarganya untuk menggantikan status walikota. Hal ini terkait dengan geolitik dan geostrategis. “Strategi sendiri merupakan bagian dari politik” (Soemiarno, 2010). Keadaan seperti ini yang seharusnya dapat segera diatasi. Pemerintah melalui badan-badan yang terkait, seharusnya dapat menangani permasalahan politik dinasti.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Politik dinasti merupakan proses mengarahkan pembagian atau regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan tertentu untuk bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan disuatu negara atau masyarakat. Berkembangnya politik dinasti di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, seperti akhlak dan budi pekerti serta budaya. Persoalan dinasti politik lebih berkaitan dengan bagaimana mereka politik dapat mengelola aset nama besar yang melekat di belakang nama mereka. Politik dinasti dapat melanggar HAM yang ada di Indonesia. Pemerintah seharusnya dapat segera menangani permasakan politik dinasti di Indonesia sebelum permasalahan ini semakin tumbuh pesat di Indonesia.
Daftar Pustaka:
Hidayati, Khozanah (Anggota FPKB DPRD Tuban). “Mengkritisi Politik Dinasti dalam Pemilukada.” Style Sheet. http://khozanah.wordpress.com/2010/07/28/mengkritisi-politik-dinasti-dalam-pemilukada/ (22 November 2010)
Mubarak, Z., et al. (2010). Buku ajar II, manusia, akhlak, budi pekerti dan masyarakat. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Santoso, Harianto. (2010). Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier. Jakarta: Kompas.
Soemiarno, S., Kartono, H., Purbaningsih, S. (2010). Buku ajar III, bangsa, budaya, dan lingkungan hidup di Indonesia. Jakarta: badan Penerbit FK UI.
Yuda, Hanta. “Penyimpangan Partai Politik.” Style Sheet. http://cetak.kompas.com/read/2010/06/28/02425876/penyimpangan.partai.po
(22 November 2010)
INGAT: mengutip sebagian atau seluruh tulisan ini tanpa izin penuh dari tulisan ini adalah tindakan PLAGIARISME.